LUMAJANG // Semeru.bratapos.com – Di tengah situasi bangsa yang masih diwarnai gejolak sosial dan aksi demonstrasi di berbagai daerah, langkah Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompincam) Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, menggelar acara pembubaran panitia peringatan HUT ke-80 RI di Hotel GM, Jumat (5/9/2025), menuai sorotan publik.
Acara yang biasanya digelar sederhana di pendopo kecamatan dengan tumpengan, kali ini dipusatkan di hotel berbintang. Pilihan lokasi tersebut memunculkan anggapan sebagian masyarakat bahwa Forkompincam Yosowilangun terkesan “hedon” dan tidak peka terhadap kondisi.
“Bukannya apa mas, negara ini lagi nggak kondusif, demo di mana-mana. Biasanya acara begitu cukup di pendopo, kenapa sekarang di hotel? Sewanya kan mahal. Jangan sampai masyarakat menganggap pejabat foya-foya,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya, Sabtu (6/9/2025).
Dikonfirmasi terpisah, Korwil Dinas Pendidikan Yosowilangun, Drs. Muhammad Kholil, MM, yang juga terlibat dalam kepanitiaan, membenarkan bahwa semula dirinya ragu dengan rencana acara di hotel. Namun, keputusan tersebut akhirnya diambil setelah ada pihak yang bersedia mendanai.
“Acara ini sebenarnya pembubaran panitia saja. Namun, pak camat menghendaki tambahan acara resepsi dan tasyakuran PPHN sekaligus. Karena ada tamu dari Polres dan Kodim, akhirnya diputuskan di hotel. Semua biaya ditanggung pak Santoso selaku donatur,” jelas Kholil.
Ia menambahkan, pertimbangan utama menggunakan hotel bukan dari anggaran pemerintah, melainkan sepenuhnya ditopang sponsor.
Camat Yosowilangun, Yudi, saat dikonfirmasi, mengaku tidak hadir dalam acara tersebut. Namun ia membenarkan bahwa keputusan pelaksanaan berada di tangan ketua PPHN dengan dukungan sponsor.
“Semuanya keputusan ketua PPHN, kebetulan ada yang menyeponsori. Saya tahu rencana itu dan saya persilakan. Karena ada yang membiayai, ya monggo saja,” kata Yudi melalui sambungan telepon, Sabtu (6/9/2025) malam.
Kegiatan ini sontak menuai kritik keras dari berbagai kalangan. Wakil Bupati LSM LIRA DPD Lumajang, Dendik Zeldianto, menilai acara Forkompincam di hotel justru berpotensi menyinggung perasaan masyarakat kecil, terlebih di saat kondisi bangsa masih dihantui krisis ekonomi dan polemik anggaran.
“Dengan kondisi negara yang tidak baik-baik saja, mengadakan acara seremonial di hotel jelas menimbulkan kesan berpesta di atas penderitaan rakyat. Ini bisa melukai hati masyarakat bawah,” tegas Dendik.
Ia mengingatkan pejabat publik untuk lebih arif dalam memilih tempat dan cara merayakan kegiatan, agar tidak menimbulkan persepsi negatif.
“Ngono yo ngono, ning ojo ngono (boleh-boleh saja, tapi jangan begitu caranya),” sindir Dendik.
Penggunaan hotel dalam acara Forkompincam ini menimbulkan pertanyaan besar soal sensitivitas sosial pemimpin daerah. Walaupun biaya diklaim berasal dari sponsor, publik menilai simbolisme dan pilihan lokasi tetap penting.
Di satu sisi, pemerintah kecamatan ingin memberikan penghargaan kepada panitia dan tamu undangan. Namun di sisi lain, langkah tersebut rawan dianggap tidak sejalan dengan semangat kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat.
Apalagi, dalam tradisi sebelumnya, acara pembubaran panitia cukup dilakukan di pendopo kecamatan dengan nuansa kebersamaan tanpa kemewahan.
Pewarta: Shelor
Editor/Publisher: Kacab Semeru